KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr. Wb.
Dengan
mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “ Maulid Nabi
Muhammad s.a.w tahun 1433 Hijriyah : Rasulullah Suri Teladan Kehidupan Kita”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran
Agama Islam.
Alhamdulillah,
sekolah kami SMA Negeri 1 Bangkalan mengadakan Peringatan Maulid Nabi untuk
mengajak siswa-siswinya mencintai dan memperingati Hari lahir, peristiwa
hijrah, dan wafatnya Nabi Muhammad SAW agar kita dapat meneladani perilaku
beliau.
Pada kesempatan
ini penulis juga ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam proses penulisan makalah ini terutama kepada
Bapak Abdul Ghani,S.Pd selaku guru mata pelajaran Agama Islam yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini.
Akhirnya,
penulis sampaikan permohonan maaf apabila dalam penulisan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan, karena penulis merasa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu segala saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk memperluas
wawasan kita tentang Maulid Nabi Muhammad SAW dan menambah pengetahuan kita
dalam bidang ilmu Agama Islam.
Wassalamualaikum
Wr. Wb.
Bangkalan,
25 Februari 2012
Penulis
Daftar Isi
A.Pokok
Bahasan
1. Riwayat Hidup Nabi Muhammad s.a.w
1.1 Kelahiran Nabi Muhammad s.a.w
Nabi Muhammad SAW
lahir
pada Tahun Gajah, yaitu
tahun 570 M , yang
merupakan tahun gagalnya Abrahah menyerang Mekkah. Muhammad lahir di kota
Mekkah, di bagian Selatan Jazirah Arab, suatu tempat yang ketika itu merupakan
daerah paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni, maupun
ilmu pengetahuan. Ayahnya, Abdullah, meninggal
dalam perjalanan dagang di Madinah, yang ketika itu bernama Yastrib,
ketika Muhammad masih dalam kandungan. Ia meninggalkan harta lima ekor unta,
sekawanan biri-biri dan seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman yang kemudian mengasuh Nabi.
Pada saat
Muhammad berusia enam tahun, ibunya Aminah binti Wahab mengajaknya
ke Yatsrib (sekarang Madinah) untuk mengunjungi keluarganya serta
mengunjungi makam ayahnya. Namun dalam perjalanan pulang, ibunya
jatuh sakit. Setelah beberapa hari, Aminah meninggal
dunia di Abwa' yang terletak tidak jauh dari Yatsrib, dan dikuburkan di sana. Setelah ibunya
meninggal, Muhammad dijaga oleh kakeknya, 'Abd al-Muththalib. Setelah
kakeknya meninggal, ia dijaga oleh pamannya, Abu Thalib. Ketika inilah ia diminta menggembala
kambing-kambingnya di sekitar Mekkah dan kerap
menemani pamannya dalam urusan dagangnya ke negeri Syam (Suriah,Lebanon, dan Palestina).
1.2 Pernikahan dengan Siti Khadijah
Abu Talib pamannya hidup miskin dan banyak anak. Dari kemenakannya itu ia mengharapkan akan dapat memberikan tambahan rejeki yang akan diperoleh dari pemilik-pemilik kambing yang kambingnya digembalakan. Suatu waktu ia mendengar berita, bahwa Khadijah bint Khuwailid mengupah orang-orang Quraisy untuk menjalankan perdagangannya. Khadijah adalah seorang wanita pedagang yang kaya dan dihormati, Tatkala Abu Talib mengetahui, bahwa Khadijah sedang menyiapkan perdagangan yang akan dibawa dengan kafilah ke Syam, ia meminta kepada Siti Khadijah supaya mempercayakan barang-barangnya itu kepada Muhammad. Siti Khadijah setuju sekali. Setelah mendapat nasehat paman-pamannya Muhammad pergi dengan Maisara, sahaya Siti Khadijah
Dengan kejujuran
dan kemampuannya ternyata Muhammad mampu memperdagangkan barang-barang Khadijah, dengan cara perdagangan
yang lebih banyak menguntungkan daripada
yang dilakukan orang lain sebelumnya. Setelah tiba waktunya mereka akan
kembali, mereka membeli segala barang dagangan dari Syam yang
kira-kira akan disukai oleh Khadijah. Khadijah sangat terkesan ketika sekembalinya Muhammad
membawakan hasil berdagang yang lebih dari biasanya.
Seiring waktu akhirnya timbullah rasa cinta dan saying terhadap Muhammad dalam hati Khadijah. Singkat cerita, akhirnya mereka menikah pada saat Muhammad berusia 25 tahun. Saat itu Khadijah telah berusia mendekati umur 40 tahun, namun ia masih memiliki kecantikan yang menawan.
1.3 Turunnya Wahyu
Pertama (Kerasulan)
Di Gua Hira biasanya Muhammad
bertahannuts seorang diri. Pada malam 17 Ramadhan tahun 610 M, ketika Muhammad
s.a.w sedang bertahannuts, tiba-tiba datanglah seorang yang belum pernah
dikenalnya. Kedatangannya amat mengejutkan. Seketika itu juga terdengar suara
lantang : “Gembiralah Muhammad. Saya Jibril dan engkau adalah Rasul Allah bagi
umat ini” kata malaikat Jibril. Kemudian malaikat Jibril menunjukkan sehelai
tulisan, sambil berkata, “Bacalah olehmu Muhammad!” Oleh karena Muhammad
menjawab, “Aku tidak bisa membaca,” maka malaikat Jibril pun mendekap Muhammad
erat-erat sambil berkata lagi, “Bacalah olehmu Muhammad!”. “Saya tidak dapat
membaca” jawab Muhammmad lagi.
Setelah malaikat jibril mendekap lagi,
hingga Muhammad hampir tak bisa bernafas, maka Muhammmad pun menjawab, ”Apa
yang harus kubaca.” Sambil melepaskan Muhammad dari dekapannya, maka malikat
Jibril berkata lagi :
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu
yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan
kalam. Dia mengajarkan kepada manusia, apa
yang tidak diketahuinya ”
(Q.S Al-‘Alaq/96 : 1-5)
Q.S
Al-‘Alaq/96 : 1-5 inilah yang menjadi wahyu pertama Nabi Muhammad s.a.w.
Pada waktu menerima wahyu pertama itu, Nabi Muhammad s.a.w sudah berusia 40
tahun, 6 bulan, 8 hari, menurut perhitungan ‘tahun bulan’ (qamariyah) atau
tahun Hijriyah.
1.4 Dakwah yang Dilakukan Nabi Muhammad s.a.w
Selang beberapa waktu dari
pengangkatannya menjadi Rasul Allah, maka mulailah Nabi Muhammad s.a.w
menjalankan dakwahnya. Awalnya beliau melakukan dakwah secara sembunyi-bunyi
selama 3-4 tahun. Namun kemudian dakwah dilakukan secara terang-terangan
setelah setelah turunnya wahyu Allah SWT yang memerintah Rasulullah untuk
berdakwah secara terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an yang
berbunyi:
Artinya: Maka
jalankanlah apa yang diperintahkan kepadamu secara terang-terangan dan
berpalinglah dari orang-orang musyrik. (Q.S Al-Hijr/15
: 94)
1.5 Isra’ dan Mi’raj
Pada akhir bulan Rajab, tahun ke-11
setelah beliau diangkat menjadi Rasul, Allah memerintahkan Rasulullah untuk
menjalankan Isra’ dan Mi’raj. Isra’ ialah perjalanan waktu malam dari Makkah ke
Baitul Makdis di Palestina. Dan Mi’raj adalah terbang ke langit tujuh dan
Sidratul Muntaha. Beliau dipanggil Tuhan menghadap ke hadirat-Nya, dan
kepadanya disampaikan perintah sembahyang lima waktu. Kedua peristiwa itu
terjadi hanya dalam satu malam.
1.6 Hijrah ke Madinah
Rasulullah melihat bahwa perkembangan
Islam di Yatsrib semakin baik maka beliau menganjurkan sahabat-sahabatnya agar
hijrah ke Yatsrib (Madinah). Maka pergilah kaum Muslimin ke Madinah. Sedangkan
Rasulullah, Abu Bakar dan Ali masih tinggal di kota Makkah. Pada saat itulah
kaum Quraisy berencana untuk membunuh Rasulullah. Namun atas perlindungan Allah
SWT, Nabi Muhammad terhindar dari rencana busuk kaum Quraisy tersebut. Kemudian
Rasulullah segera meninggalkan kota Makkah dan hijrah ke Madinah. Beliau
samapai di Madinah pada hari Jumat, tanggal 24 September 622 Masehi, atau 12
hari bulan Rabi’ul Awwal. Pada saat itu Rasulullah berusia 53 tahun.
1.7 Wafatnya Nabi Muhammad s.a.w
Rasulullah menginjak usia 63 tahun. Pada
suatu malam, tepatnya hari Selasa awal bulan Rabi’ul Awwal setelah pulang
berziarah dari makam Baqie’ Rasulullah merasakan kepalanya pening sekali.
Memang keadaan Rasulullah mengkawatirkan orang-orang disekitarnya. Panas
badannya terus saja naik. Hingga pada hari Minggu Rasulullah pingsan. Lalu
istri-istrinya membuatkan beliau obat dari bermacam-macam tumbuhan. Setelah
sadar dan mendengar bahwa ia telah meminum obat itu, Rasulullah menyesal.
Karena Asmah, anak Umais yang menyuruh membuat obat itu telah belajar membuat
obat di tanah Habsyi. Dan di tanah Habsyi obat itu biasanya diberikan kepada
orang yang kemasukan setan.
Beberapa hari kemudian Rasulullah tampak
sehat kembali. Beliau ikut sembahyang subuh dan telah bercakap-cakap dengan
para sahabat. Aakn tetapi sekembalinya
dari masjid Nabi Muhammad s.a.w meletakkan kepalanya di pangkuan Siti Aisyah
dan ketika sedang mengucapkan kata terakhir, beliau menghembuskan napas
penghabisan. Rasulullah wafat.
Hari wafatnya Rasulullah adalah hari
Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun ke-11 Hijriyah, atau tanggal 8 Juni 632
Masehi
2. (Akhlaq) Rasulullah Suri Teladan Kehidupan Kita
Akhlaq adalah sikap batin yang diwujudkan dalam perbuatan
anggota badan manusia yang dari itu kesempurnaan keimanan dapat disaksikan dan
dirasakan oleh sesama makhluk. Lalu bagaimana dengan akhlaq Nabi Muhammad s.a.w.
Muhammad
adalah nama Nabi Agung yang telah menyelamatkan dan menyempurnakan agama-agama
yang pernah disampaikan para Nabi sebelumnya dalam satu Agama yang dikemas
dengan nama Islam, untuk dijadikan satu-satunya agama yang diterima dan
diridhoi Allah swt. Muhammad artinya orang yang dipuji. Nama ini benar-benar
telah menjadi nyata dan terukir dalam sejarah. Dan Allah swt mengakui dan
mengumumkan kepada dunia dengan firman-Nya:
Dan sesungguhnya engkau benar-benar memiliki Akhlaq yang
agung (Al-Qalam, 68:5)
Nabi
Muhammad selalu berbuat baik kapan saja dan pada siapa saja. Beliau juga selalu
berbuat baik pada orang yang telah berbuat baik padanya. Selain itu nabi
Muhammad s.a.w juga berbuat baik pada orang yang pernah menyakitinya. Keindahan
dan kemuliaan Akhlaq Muhammad Rasulullah saw ini tidak hanya disaksikan Allah swt
Yang Maha-Tahu dan Maha-Melihat saja, tetapi setiap orang yang pernah melihat
dan bergaul dengan beliau pasti mengakui dan terpikat oleh Akhlaq beliau. Di
antara orang paling dekat yang telah banyak menyaksikan dan merasakan Akhlaq
beliau adalah Sayyidah Aisyah ra, istri beliau sendiri yang dalam salah satu
sabdanya menyatakan:
“Akhlaqnya
adalah Al-Quran”
Dan
Tujuan Allah swt mengutus beliau saw kepada umat manusia semuanya agar mereka
menjadikan teladan dan ikutan sehingga mereka mendapatkan berkahnya dan menjadi
Muhammad-muhammad kecil yang bertebaran dimuka bumi ini, Allah swt berfirman:
Sesungguhnya kamu dapati dalam diri Rasulullah suri teladan
yang baik bagi orang yang mengharapkan pertemuan dengan Allah dan Hari Akhir
serta yang banyak mengingat Allah (Al-Akhzab, 33:22)
Lalu apa sajakah yang dapat kita teladani dari akhlaq
Rasulullah ?
2.1 Nabi Muhammad s.a.w sebagai Ayah
Ketika
kita berbicara kasih sayang dan kelembutan Muhammad saw. terhadap anak-anak,
maka tidak akan pernah kita temukan bandingan dan permisalan seperti beliau
saw. Banyak peristiwa dalam sirah Nabi yang mempesona berkaitan dengan kasih
sayang beliau terhadap anak-anak. Baik beliau sebagai Ayah, Kakek atau Pendidik
bagi semua anak-anak. Termasuk kasih sayang beliau terhadap anak-anak non
muslim. ”Muhammad sangat mencintai cucu-cucunya.
Diriwayatkan oleh Jabir, berkata, ”Saya menemui Nabi saw,
ketika beliau berjalan merangkak sedangkan di atasnya Hasan dan Husain ra
sedang bercanda. Beliau bersabda, ”Seganteng-ganteng orang adalah kalian
berdua, dan seadil-adil orang adalah kalian berdua.”
Dari Usamah bin Zaid ra, Rasulullah saw mengambil saya dan
mendudukkan saya di pahanya sedangkan di paha satunya duduk Hasan ra, kemudian
beliau merangkulkan keduanya seraya berdo’a, ”Ya Allah sayangi keduanya, karena
saya menyayangi keduanya.”
Adalah Anas Bin Malik memberi kesaksian, ”Saya telah sepuluh
tahun menjadi pelayan Rasul, selama itu beliau tidak pernah berkata uf atau hus
ata ah kepada saya.” Muhammad saw. sangat menganjurkan agar memberi nama anak
dengan sebaik-baik nama, begitu juga beliau sangat tidak setuju dan melarang
pemberian nama yang buruk. Kenapa? Karena nama itu jangan sampai mempengaruhi
mentalitas anak ketika mereka menginjak dewasa.
Nabi Muhammad saw. juga sangat memperhatikan
penampilan anak-anak. Diriwayatkan dari Nafi’
bin Umar, bahwa Nabi saw. melihat anak kecil rambutnya dipotong separuh dan separuh
lagi dibiarkan, maka beliau melarang hal yang demikian, seraya bersabda, ”Cukur
semuanya atau tidak sama sekali.”
2.2 Nabi Muhammad
s.a.w sebagai suami
Rasulullah
adalah seorang suami yang pandai dalam mengatur urusan rumah tangga yang di
dalamnya terdapat beberapa istri yang mempunyai karakter, latar belakang, dan
usia yang berbeda-beda. Beliau selalu :
Bersikap Adil
Bersikap Adil
Beliau adil terhadap istri-istrinya dalam pemberian tempat
tinggal, nafkah, pembagian bermalam, dan jadwal berkunjung. Beliau ketika
bertandang ke salah satu rumah istrinya, setelah itu beliau berkunjung ke rumah
istri-istri beliau yang lain.
Bermusyawarah Dengan Para Istrinya
Rasulullah saw mengajak
istri-istrinya bermusyawarah dalam banyak urusan. Beliau sangat menghargai
pendapat-pendapat mereka.
Lapang Dada dan Penyayang
Istri-istri Rasulullah saw memberi
masukan tentang suatu hal kepada Nabi, beliau menerima dan memberlakukan mereka
dengan lembut. Beliau tidak pernah memukul salah seorang dari mereka sekali
pun.
Cara Nabi Meluruskan Keluarganya
Rasulullah saw tidak pernah menggap
sepele kesalahan yang diperbuat oleh salah satu dari istri. Beliau pasti
meluruskan dengan cara yang baik. Rasulullah saw. menjadi pendengar yang
baik. Beliau memberi kesempatan kepada istri-istrinya kebebasan untuk
berbicara. Namun beliau tidak toleransi terhadap kesalahan sekecil apa pun.
Pelayan Bagi Keluarganya
Rasulullah saw tidak pernah
meninggalkan khidmah atau pelayanan ketika di dalam rumah. Beliau selalu
bermurah hati menolong istri-istrinya jika kondisi menuntut itu. Contohnya :
Rasulullah saw mencuci pakaian, membersihkan sendal dan pekerjaan lainnya yang
dibutuhkan oleh anggota keluarganya.
Selalu meluangkan waktu untuk bercanda-Ria
Selalu meluangkan waktu untuk bercanda-Ria
Rasulullah saw tidak tidak lupa
bermain, bercanda-ria dengan istri-istri beliau, meskipun tanggungjawab dan
beban berat di pundaknya. Karena rehat, canda akan menyegarkan suasan hati,
menggembirakan jiwa, dan memperbaharui semangat.
2.3
Nabi Muhammad s.a.w sebagai Pendidik
Percaya Diri & Mandiri
Sirah Nabi telah mengajarkan kepada
kita prinsip-prinsip pendidikan, yaitu pentingnya anak-anak memiliki percaya
diri, mandiri dan mampu mengemban tanggungjawab di usia dini. Nabi Muhammad
saw. menjadikan Zaid bin Haritsah sebagai pemimpin pasukan kaum muslimin,
meskipun usianya masih muda belia. Ketika itu umurnya baru enam belas tahun
(16), padahal ada orang yang lebih tua dan lebih tinggi kedudukannya, seperti
Abu bakar, Umar radhiyallahu anhum. Kenapa Muhammad melakukan hal demikian?
Adalah karena beliau ingin mengajarkan kepada Zaid rasa percaya diri, dan agar
menghilangkan anggapan sebagian orang bahwa Zaid tidak mampu, sekaligus sebagai
pembelajaran bagi generasi masanya untuk peduli dengan problematika umat dan
berkontribusi menyelesaikannya.
Sikap dan
Perilaku
Muhammad saw. mengajarkan dasar-dasar ajaran agama yang lurus kepada anak-anak sejak dini. Beliau mendorong mereka untuk mempelajari etika umum dan perilaku lurus. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Umar bin Abi Salamah, ia berkata:
Muhammad saw. mengajarkan dasar-dasar ajaran agama yang lurus kepada anak-anak sejak dini. Beliau mendorong mereka untuk mempelajari etika umum dan perilaku lurus. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Umar bin Abi Salamah, ia berkata:
”Ketika saya masih kecil di asuhan
Rasulullah, saya hendak meraih makanan di nampan, maka Rasulullah saw.
bersabda, ”Wahai anak kecil, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kanan,
dan makanlah apa yang terdekat dari kamu.”
Ketika Husain ra, cucu Nabi hendak makan kurma dari hasil sedekah, maka Rasulullah saw. bersabda, ”Jangan, jangan. Bukankah kamu tahu, bahwa tidak halal bagi kita -keluarga Nabi- sedekah seseorang?!.”
Ketika Husain ra, cucu Nabi hendak makan kurma dari hasil sedekah, maka Rasulullah saw. bersabda, ”Jangan, jangan. Bukankah kamu tahu, bahwa tidak halal bagi kita -keluarga Nabi- sedekah seseorang?!.”
2.4 Nabi Muhammad
s.a.w sebagai Pedagang
Ada
beberapa keistimewaan dari praktek perdagangan yang beliau lakukan sebelum
diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Diantaranya:
1. Muhammad tidak memulai bisnis dengan modal dana. Bahkan pada saat itu beliau sangat
1. Muhammad tidak memulai bisnis dengan modal dana. Bahkan pada saat itu beliau sangat
miskin.
2. Beliau tidak memulai bisnis dengan memanfaatkan KKN.
3. Beliau tidak memiliki ilmu manajemen yang rumit bahkan beliau saat itu belum bisa
2. Beliau tidak memulai bisnis dengan memanfaatkan KKN.
3. Beliau tidak memiliki ilmu manajemen yang rumit bahkan beliau saat itu belum bisa
membaca dan menulis.
Lalu bagaimana bisa hanya dengan
modal sedemikian minimalnya menurut kaca mata orang awam itu beliau berhasil
menjadi pedagang yang besar yang sukses bahkan mampu meluaskan usahanya ke
seluruh negeri? Ada beberapa tahapan dan kunci utama:
1. Beliau dikenal sebagai Al ‘Amin, orang yang sangat bisa dipercaya. Beliau menggunakan
1. Beliau dikenal sebagai Al ‘Amin, orang yang sangat bisa dipercaya. Beliau menggunakan
kepercayaan itu dengan bijaksana, tak
pernah menyalahgunakannya.
2. Beliau tidak memiliki hambatan mental (mental blocking) dalam melaksanakan
2. Beliau tidak memiliki hambatan mental (mental blocking) dalam melaksanakan
usahanya. Hal ini sangat dipengaruhi oleh
kepercayaan orang-orang terhadap beliau.
3. Beliau memulai bisnis dengan menguasai pasar terlebih dahulu. Dengan cara ikut
3. Beliau memulai bisnis dengan menguasai pasar terlebih dahulu. Dengan cara ikut
pamannya berdagang, beliau mengetahui di
mana membeli barang yang murah dan di
mana menjual barang dengan harga yang lebih
baik.
4. Setelah menguasai pasar, di Madinah beliau kemudian beralih ke sektor industry
4. Setelah menguasai pasar, di Madinah beliau kemudian beralih ke sektor industry
pertanian, namun masih tetap melaksanakan
kegiatan pemasaran produk dari kaum non
muslim di sana. Sehingga bisnis kaum
Quraisy saat itu masih dibiarkan berkembang.
5. Dengan bertambahnya tenaga kerja, beliau lalu mulai menyusun tata kerja organisasi
5. Dengan bertambahnya tenaga kerja, beliau lalu mulai menyusun tata kerja organisasi
“perusahaanya”.
6. Akhirnya para penerusnya (di bidang bisnis) mengembangkan usaha ke seluruh pelosok
6. Akhirnya para penerusnya (di bidang bisnis) mengembangkan usaha ke seluruh pelosok
penjuru.
2. 5 Nabi
Muhammad s.a.w sebagai Panglima Perang
Sejarah
telah mencatat kejeniusan dan kehebatan Rasulullah sebagai panglima di bidang
militer dan strategi perang, yang tak tertandingi oleh Panglima perang manapun,
siapapun dan dalam perang apapun, serta pada waktu kapanpun, baik pada masa
lalu, sekarang maupun yang akan datang. Dan fakta-fakta menunjukkan bahwa
Rasulullah Sang Panglima telah mempelopori dan menerapkan seluruh “Principles
Of War” yang hari ini menjadi rujukan setiap Panglima perang dan tentaranya.
Dari
peperangan yang banyak itu, yang paling terkenal hingga sekarang adalah Perang
Badar, yakni peperangan antara 300 tentara pimpinan Muhammad melawan 700
tentara kafir Mekah (H.G. Wells, The Outline of History, 1949). Kemenangan yang
diraih dalam Perang Badar ini--sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an--tidak
terlepas dari bantuan dari 3.000 malaikat yang secara khusus diturunkan oleh
Allah dari langit untuk membantu tentara pimpinan Muhammad.
3.
Maulid Nabi Muhammad s.a.w
3.1 Pengertian Maulid Nabi Muhammad saw
Ada
kekeliruan umum dalam penyebutan kelahiran Nabi Muhammad saw, yaitu ‘maulud’. Peringatan tentang
kelahiran Nabi Muhammad saw yang bertolak dari kesalahan penyebutan ini
berlanjut kepada penamaan peringatan itu, yaitu ‘Peringatan Maulud Nabi
saw’ atau disingkat ‘mauludan’,
atau ‘muludan’. Secara
leksikal, kata ‘maulud’ berarti
‘yang dilahirkan’. Sementara itu yang dimaksud dengan peringatan hari kelahiran
Nabi Muhammad saw, bukan ‘yang dilahirkan’, melainkan menyangkut berbagai hal
tentang kelahiran beliau, seperti: hari kelahirannya itu sendiri, sejarahnya,
perilakunya semasa hidup, kematiannya, hingga pengaruhnya dalam masyarakat
dunia dari generasi ke generasi.
Kata
yang tepat untuk tujuan itu adalah ‘maulid’ dan lengkapnya ‘Peringatan Maulid Nabi Muhammad
saw’. Kata ‘maulid’ terambil dari perpindahan kata ‘walada, yu>ladu, maulidan’,
yang arti kata ‘maulidan’ adalah
kelahiran.
‘Maulid
Nabi Muhammad saw’ berarti
kelahiran Nabi Muhammad saw. Secara praktis bukan hanya memperingati ‘hari’
kelahiran Nabi Muhammad saw, melainkan juga berbagai hal yang berkenaan dengan
eksistensi Nabi Muhammad saw sejak dari peristiwa-peristiwa berkenaan dengan
sebelum maupun saat-saat kelahirannya hingga pengaruhnya dalam peradaban dunia
setelah beliau wafat. Pribadi Nabi Muhammad saw adalah orang yang paling
berpengaruh di dunia hingga sekarang (Hart, 1988 : 1),
3.2
Sejarah Maulid
Nabi Muhammad saw.
Perayaan Maulid Nabi tidak pernah
diselengarakan pada masa pemerintahan nabi ataupun masa pemerintahan
khulafaurrasyidin. Dari beberapa literatur yang telah didapatkan, perayaan
Maulid Nabi diadakan 400 tahun setelah Rasulullah Muhammad SAW wafat.
Kota Yerusalem merupakan pusat ilmu pengetahuan dunia di kala itu. Di sana,
kaum muslimin menemukan ilmu pengetahuan yang bersumber dari Al-Qur’an. Pada
masa itu, dunia Islam sedang mendapat serangan-serangan gelombang demi
gelombang dari berbagai bangsa Eropa (Prancis, Jerman, Inggris). Inilah yang
dikenal dengan Perang Salib atau The Crusade. Pada tahun 1099 laskar Eropa
merebut Yerusalem dan mengubah Masjid al-Aqsa menjadi gereja. Umat Islam saat
itu kehilangan semangat perjuangan (jihad) dan persaudaraan (ukhuwah), sebab
secara politis terpecah-belah dalam banyak kerajaan dan kesultanan, meskipun
khalifah tetap satu, yaitu Bani Abbas di Bagdad, sebagai lambang persatuan
spiritual.
Dengan kekalahan tersebut buku-buku yang
berisis tentang ilmu pengetahuan dibawa oleh pelaja-pelajar Eropa. Sedangkan,
buku yang berisis tentang agama dibuang di laut merah. Runtuhnya Yerussalem
membuat kepercayaan umat islam terhadap agamanya yang dianggap sebagai agama
tertinggi semakin memudar. Para pemuka disibukkan oleh keinginan mengembalikan
kekuasaan. Mereka yang kuat menguasai yang lemah dan yang lemah menjadi makanan
yang kuat.
Pada saat itu merupakan masa pemerintahan
Sultan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi (memerintah tahun 1174-1193 Masehi atau
570-590 Hijriah) dari Dinasti Bani Ayyub. Meskipun Salahuddin bukan orang Arab
melainkan berasal dari suku Kurdi, pusat kesultanannya berada di Qahirah
(Kairo), Mesir, dan daerah kekuasaannya membentang dari Mesir sampai Suriah dan
Semenanjung Arabia.
Menurut Salahuddin, akibat kekalahan umat
islam pada perang salib, semangat juang umat Islam yang luntur harus dihidupkan
kembali dengan cara mempertebal kecintaan umat islam kepada nabi mereka
Rasulullah Muhammad SAW. Dia mengimbau umat Islam di seluruh dunia agar hari
lahir Nabi Muhammad saw., 12 Rabiul Awal, yang setiap tahun berlalu begitu saja
tanpa diperingati, kini dirayakan secara massal. Sebenarnya hal itu bukan
gagasan murni Salahuddin, melainkan usul dari iparnya, Muzaffaruddin Gekburi,
yang menjadi atabeg (semacam bupati) di Irbil, Suriah Utara. Untuk mengimbangi
maraknya peringatan Natal oleh umat Nasrani, Muzaffaruddin di istananya sering
menyelenggarakan peringatan maulid nabi, cuma perayaannya bersifat lokal dan
tidak setiap tahun. Adapun Salahuddin ingin agar perayaan maulid nabi menjadi
tradisi bagi umat Islam di seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan semangat
juang, bukan sekadar perayaan ulang tahun biasa.
Pada mulanya gagasan Salahuddin ditentang oleh
para ulama, sebab sejak zaman Nabi peringatan seperti itu tidak pernah ada.
Lagi pula hari raya resmi menurut ajaran agama cuma ada dua, yaitu Idul Fitri
dan Idul Adha. Akan tetapi Salahuddin menegaskan bahwa perayaan maulid nabi
hanyalah kegiatan yang menyemarakkan syiar agama, bukan perayaan yang bersifat
ritual, sehingga tidak dapat dikategorikan bid`ah yang terlarang. Ketika
Salahuddin meminta persetujuan dari Khalifah An-Nashir di Bagdad, ternyata
khalifah setuju. Maka pada ibadah haji bulan Zulhijjah 579 Hijriyah (1183
Masehi), Sultan Salahuddin al-Ayyubi sebagai penguasa Haramain (dua tanah suci
Mekah dan Madinah) mengeluarkan instruksi kepada seluruh jemaah haji, agar jika
kembali ke kampung halaman masing-masing segera menyosialkan kepada masyarakat
Islam di mana saja berada, bahwa mulai tahun 580 Hijriah (1184 Masehi) tanggal
12 Rabiul-Awwal dirayakan sebagai hari maulid nabi dengan berbagai kegiatan
yang membangkitkan semangat umat Islam.
Salah satu kegiatan yang diadakan oleh Sultan
Salahuddin pada peringatan maulid nabi yang pertama kali tahun 1184 (580
Hijriah) adalah menyelenggarakan sayembara penulisan riwayat Nabi beserta
puji-pujian bagi Nabi dengan bahasa yang seindah mungkin. Seluruh ulama dan
sastrawan diundang untuk mengikuti kompetisi tersebut. Akhirnya, diperoleh
seorang pemenang yang menjadi juara pertama, dia adalah Syaikh Ja`far
al-Barzanji. Karyanya yang dikenal sebagai Kitab Barzanji sampai sekarang
sering dibaca masyarakat di kampung-kampung pada peringatan maulid nabi (yang
biasa kita dengarkan yaitu Sarafal Anam).
Ternyata peringatan maulid nabi yang
diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat
Islam menghadapi Perang Salib bergelora kembali. Salahuddin berhasil menghimpun
kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583 Hijriah) Yerusalem direbut oleh
Salahuddin dari tangan bangsa Eropa, dan Masjid al-Aqsa menjadi masjid kembali
sampai hari ini.
3.3 Cara Merayakan
Maulid Nabi Muhammad s.a.w
Untuk menjaga agar perayaan maulid
Nabi tidak melenceng dari aturan agama yang benar, sebaiknya perlu diikuti hal-hal
berikut:
1. Mengisi dengan bacaan-bacaan shalawat kepada Rasulullah SAW.
Allah SWT berfirman:
"Sesunggu hnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi.
Hai orang-orang
yangberiman! Bershalawatlah kamu
untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya". ( QS.Al-Ahzab:56.)
2. Berdzikir dan meningkatkan ibadah kepada Allah.
Syekh Husnayn Makhluf berkata: "Perayaan
maulid harus dilakukan dengan berdzikir
kepada Allah SWT, mensyukuri
kenikmatan Allah SWT atas kelahiran Rasulullah SAW, dan
dilakukan dengan cara yang sopan,
khusyu' serta jauh dari hal-hal yang diharamkan dan
bid'ah yang munkar".
3. Membaca sejarah Rasulullah s.a.w.
dan menceritakan kebaikan-kebaikan dan keutamaan-keutamaan beliau.
4. Memberi sedekah kepada yang
membutuhkan atau fakir miskin.
5. Meningkatkan silaturrahmi.
6. Menunjukkan rasa gembira dan
bahagia dengan merasakan senantiasa kehadiran Rasulullah
s.a.w. ditengah-tengah kita.
7. Mengadakan pengajian atau majlis ta'lim yang berisi
anjuran untuk kebaikan dan mensuri tauladani Rasulullah s.a.w.
3.4
Manfaat Memperingati Maulid Nabi Muhammad s.a.w
Adapun memperingati Maulid Nabi
Muhammad s.a.w adalah jelas-jelas menimbulkan manfaat yang nyata, bukan manfaat
semu seperti halnya orang-orang yang berkumpul bersama di suatu tempat untuk
berkampanye politik maupun berdemo ria dengan alasan-alasan tertentu yang
dihubung-hubungkan dengan agama islam. Manfa’at memperingati Maulid Nabi
Muhammad s.a.w diantaranya adalah:
1. Memperingati
maulid Nabi Muhammad SAW merupakan tempat atau sarana untuk
silaturrahim
sesama muslim, serta memperbanyak membaca shalawat.
Imam Ja’far Shadiq mengatakan:
“Saling berziarahlah kalian satu sama lainnya! Sesungguhnya dalam ziarah kalian
dengan sesama akan menghidupkan hati kalian, dan mengingatkan hadist-hadist
kami. Hadist-hadist kami membuat kalian lebih dekat dan lebih sayang satu sama
lainnya”.(al-Kafi, jilid 2, hal 186).
2. Dengan
acara memperingati maulid Nabi saw bisa menambah syiar islam dan mendapat pahala yang besar.
Karena dalam
peringatan maulid Nabi tidak lepas dari membaca shalawat dan itu sangat
diajarkan oleh agama islam, yang secara tegas diwajibkan oleh Allah. Lihat
surah Al Ahzab yang menyatakan bahwa Sesungguhnya Allah dan para malaikat
bershalawat kepada rasul.
3. Acara memperingati maulid Nabi SAW bisa
dijadikan moment untuk mencari
ilmu (yang diwajibkan islam) tentang rasul dan ajarannya.
Karena
disana diisi pengajian-pengajian tentang ajaran islam, tentang sunnah-sunnah
Rasulullah, kisah-kisah teladan Rasulullah SAW bersama para sahabat dan para
orang yang memusuhinya, juga kisah-kisah bagaimana hidup secara islami menurut
ajaran Rasul SAW, bukan sekedar bualan-bualan atau janji-janji manis yang tak
karu- karuan.
3. Acara
memperingati maulid Nabi SAW merupakan wadah atau sarana untuk mengkaji,
mencintai
dan meneladani beliau SAW.
Pepatah mengatakan: “tak kenal maka
tak sayang”. Sangat mungkin seorang muslim tidak banyak tahu tentang sejarah
kehidupan Nabinya, lantas bagaimana mungkin ia akan meneladani nabinya, jika ia
sendiri tidak mengenalnya. Untuk menyayangi sosok pribadi yang agung perlu
pengenalan lebih jauh, karena dengan banyak mengenal pribadi beliau kecintaan
kita akan lebih bermakna. Dengan memperingati maulid Nabi SAW, kaum muslimin
akan menjadikan beliau sebagai teladan dalam hidupnya, dan tidak perlu
meneladani orang-orang yang tidak layak untuk diteladani.
Dengan diadakannya perayaan Maulid Nabi kita
sebagai umat islam akan mempunyai niat untuk lebih bisa mengekspresikan cinta
kita kepada Rasulullah SAW dengan cara yang positif dan inovatif.Kita bisa
mengungkap sejarah perjuangan Rasulullah Muhammad SAW sebagai rasul kita,
sehingga kita dapat kembali meneladani prilaku Rasulullah SAW dalam seluruh
aspek hidup dan kehidupan kita.
4. Perbedaan
Mengenai Hukum perayaan Maulid Nabi
Hukum perayaan maulid telah menjadi
topik perdebatan para ulama sejak lama dalam sejarah Islam, yaitu antara
kalangan yang memperbolehkan dan yang melarangnya karena dianggap
bid'ah. Hingga saat ini pun masalah hukum maulid, masih menjadi topik
hangat yang diperdebatkan kalangan muslim. Yang ironis, di beberapa lapisan
masyarakat muslim saat ini permasalahan peringatan maulid sering dijadikan tema
untuk berbeda pendapat yang kurang sehat, dijadikan topik untuk saling
menghujat, saling menuduh sesat dan lain sebagainya. Bahkan yang tragis,
masalah peringatan maulid nabi ini juga menimbulkan kekerasan sektarianisme
antar pemeluk Islam di beberapa tempat. Seperti yang terjadi di salah satu kota
Pakistan tahun 2006 lalu, peringatan maulid berakhir dengan banjir darah karena
dipasang bom oleh kalangan yang tidak menyukai maulid.
Untuk lebih jelas mengenai
duduk persoalan hukum maulid ini, ada baiknya kita telaah sejarah pemikiran
Islam tentang peringatan maulid ini dari pendapat para ulama terdahulu.
Pendapat Ibnu Taymiyah
Ibnu Taymiyah dalam kitab
Iqtidla'-us-Syirat al-Mustqim (2/83-85) mengatakan:
"Rasululullah
s.a.w. telah melakukan kejadian-kejadian penting dalam sejarah beliau, seperti
khutbah-khutbah dan perjanjian-perjanjian beliau pada hari Badar, Hunain,
Khandaq, pembukaan Makkah, Hijrah, Masuk Madinah. Tidak seharusnya hari-hari
itu dijadikan hari raya, karena yang melakukan seperti itu adalah umat Nasrani
atau Yahudi yang menjadikan semua kejadian Isa hari raya. Hari raya merupakan
bagian dari syariat, apa yang disyariatkan itulah yang diikuti, kalau tidak
maka telah membuat sesuatu yang baru dalam agama. Maka apa yang dilakukan orang
memperingati maulid, antara mengikuti tradisi Nasrani yang memperingati
kelahiran Isa, atau karena cinta Rasulullah. Allah mungkin akan memberi pahala
atas kecintaan dan ijtihad itu, tapi tidak atas bid'ah dengan menjadikan maulid
nabi sebagai hari raya. Orang-orang salaf tidak melakukan itu padahal mereka
lebih mencintai rasul".
Namun
dalam bagian lain di kitab tersebut, Ibnu Taymiyah menambahkan:
"Merayakan maulid dan menjadikannya sebagai kegiatan rutin dalam setahun
yang telah dilakukan oleh orang-orang, akan mendapatkan pahala yang besar sebab
tujuannya baik dan mengagungkan Rasulullah SAW. Seperti yang telah saya
jelaskan, terkadang sesuatu itu baik bagi satu kalangan orang, padahal itu
dianggap kurang baik oleh kalangan mu'min yang ketat. “
Pendapat Abu Shamah (guru Imam Nawawi)
"Termasuk yang hal baru yang
baik dilakukan pada zaman ini adalah apa yang dilakukan tiap tahun bertepatan
pada hari kelahiran Rasulullah s.a.w. dengan memberikan sedekah dan kebaikan,
menunjukkan rasa gembira dan bahagia, sesungguhnya itu semua berikut menyantuni
fakir miskin adalah tanda kecintaan kepada Rasulullah dan penghormatan kepada
beliau, begitu juga merupakan bentuk syukur kepada Allah atas diutusnya
Rasulullah s.a.w. kepada seluruh alam semesta".
Ibnu Hajar al-Asqolani
Dalam kitab Fatawa Kubro
menjelaskan: "Asal melakukan maulid adalah bid'ah, tidak
diriwayatkan dari ulama salaf dalam tiga abad pertama, akan tetapi didalamnya
terkandung kebaikan-kebaikan dan juga kesalahan-kesalahan. Barangsiapa
melakukan kebaikan di dalamnya dan menjauhi kesalahan-kesalahan, maka ia telah
melakukan bid'ah yang baik (bid'ah hasanah). Saya telah melihat landasan yang
kuat dalam hadist sahih Bukhari dan Muslim bahwa Rasulullah s.a.w. datang ke
Madinah, beliau menemukan orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura, maka beliau
bertanya kepada mereka, dan mereka menjawab:"Itu hari dimana Allah
menenggelamkan Firaun, menyelamatkan Musa, kami berpuasa untuk mensyukuri itu
semua. Dari situ dapat diambil kesimpulan bahwa boleh melakukan syukur pada
hari tertentu di situ terjadi nikmat yang besar atau terjadi penyelamatan dari
mara bahaya, dan dilakukan itu tiap bertepatan pada hari itu. Syukur bisa
dilakukan dengan berbagai macam ibadah, seperti sujud, puasa, sedekah, membaca
al-Qur'an dll. Apa nikmat paling besar selain kehadiran Rasulullah s.a.w. di
muka bumi ini. Maka sebaiknya merayakan maulid dengan melakukan syukur berupa
membaca Qur'an, memberi makan fakir miskin, menceritakan keutamaan dan kebaikan
Rauslullah yang bisa menggerakkan hati untuk berbuat baik dan amal sholih.
Adapun yang dilakukan dengan mendengarkan musik dan memainkan alat musik, maka
hukumnya dikembalikan kepada hukum pekerjaan itu, kalau itu mubah maka hukumnya
mubah, kalau itu haram maka hukumnya haram dan kalau itu kurang baik maka
begitu seterusnya".
Pendapat Imam Sayuti
Beliau berkata: "Menurut saya asal perayaan maulid Nabi
SAW, yaitu manusia berkumpul, membaca al-Qur'an dan kisah-kisah teladan Nabi
SAW sejak kelahirannya sampai perjalanan hidupnya. Kemudian dihidangkan makanan
yang dinikmati bersama, setelah itu mereka pulang. Hanya itu yang dilakukan,
tidak lebih. Semua itu tergolong bid'ah hasanah. Orang yang melakukannya diberi
pahala karena mengagungkan derajat Nabi SAW, menampakkan suka cita dan
kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhamad SAW yang mulia".
Pendapat Syeh Azhar Husnain
Muhammad Makhluf
Beliau
mengatakan:"Menghidupkan malam maulid nabi dan malam-malam bulan Rabiul
Awal ini adalah dengan memperbanyak dzikir kepada Allah, memperbanyak syukur
dengan nikmat-nikmat yang diturunkan termasuk nikmat dilahirkannya Rasulullah
s.a.w. di alam dunia ini. Memperingatinya sebaiknya dengan cara yang santun dan
khusu' dan menjauhi hal-hal yang dilarang agama seperti amalan-amalan bid'ah
dan kemungkaran. Dan termasuk cara bersyukur adalah menyantuni orang-orang
susah, menjalin silaturrahmi. Cara itu meskipun tidak dilakukan pada zaman
Rasulullah s.a.w. dan tidak juga pada masa salaf terdahulu namun baik untuk
dilakukan termasuk sunnah hasanah".
Pendapat Ibnu Hajar al-Haithami
“Bid'ah yang baik itu sunnah
dilakukan, begitu juga memperingati hari maulid Rasulullah.”
Pendapat Al-Hafidz al-Iraqi
Dalam
kitab Syarh Mawahib Ladunniyah mengatakan: "Melakukan perayaan, memberi
makan orang disunnahkan tiap waktu, apalagi kalau itu disertai dengan rasa
gembira dan senang dengan kahadiran Rasulullah s.a.w. pada hari dan bulan itu.
Tidaklah sesuatu yang bid'ah selalu makruh dan dilarang, banyak sekali bid'ah
yang disunnahkan dan bahkan diwajibkan."
Pendapat
Seorang ulama Turkmenistan Mubasshir
al-Thirazi
Beliau mengatakan:"Mengadakan perayaan maulid nabi Muhammad
s.a.w. saat ini bisa jadi merupakan kewajiban yang harus kita laksanakan, untuk
mengkonter perayaan-perayaan kotor yang sekarang ini sangat banyak kita temukan
di masyarakat."
Sebagai bagian
dari umat Islam, barangkali kita ada di salah satu pihak dari dua pendapat yang
berbeda. Kalau pun kita mendukung salah satunya, tentu saja bukan pada
tempatnya untuk menjadikan perbedaan pandangan ini sebagai bahan baku saling
menjelekkan, saling tuding, saling caci dan saling menghujat.
Perbedaan
pandangan tentang hukum merayakan Maulid Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, suka
atau tidak suka, memang telah kita warisi dari zaman dulu. Para pendahulu kita
sudah berbeda pendapat sejak masa yang panjang. Sehingga bukan masanya lagi
buat kita untuk meninggalkan banyak kewajiban hanya lantaran masih saja
meributkan peninggalan perbedaan pendapat di masa lalu.
Sementara di
masa sekarang ini, sebagai umat Islam, kita justru sedang berada di depat mulut
harimau sekaligus buaya. Kita sedang menjadi sasaran kebuasan binatang pemakan
bangkai. Bukanlah waktu yang tepat bila kita saling bertarung dengan
sesamasaudara kitasendiri, hanya lantaran masalah ini.
Sebaliknya, kita
justru harus saling membela, menguatkan, membantu dan mengisi kekurangan
masing-masing. Perbedaan pandangan sudah pasti ada dan tidak akan pernah ada
habisnya. Kalau kita terjebak untuk terus bertikai, maka para pemangsa itu akan
semakin gembira.
B. Simpulan dan Saran
1. Simpulan
ü Nabi Muhammad
s.a.w dilahirkan tanggal 12 Rabiul Awwal pada Tahun Gajah, yaitu
tahun 570 M.
Kemudian
beliau menikah dengan Siti Khadijah pada umur 25 tahun. Dan pada umurnya yang
ke 40 beliau diangkat menjadi Rasul Allah. Banyak kejadian yang dialami
Rasulullah setelah pengangkatannya menjadi rasul, salah satunya peristiwa Isra’
dan Mi’raj. Dan pada umur 63 tahun, beliau wafat.
ü
Nabi Muhammad s.a.w memiliki akhlaq yang sangat mulia. Ia seorang
kepala keluarga, pedagang, pendidik dan panglima perang yang sangat baik.
ü Maulid Nabi Muhammad s.a.w adalah peringatan
Hari Lahir nabi Muhammad s.a.w. Peringatan maulid Nabi pertama mulai tahun 580
Hijriah (1184 Masehi) tanggal 12 Rabiul-Awwal. Hal ini brtujuan untuk
membangkitkan semangat umat Islam yang kalah pada Perang Salib. Dan peringatan
ini membuahkan hasil yang positif
ü Dalam
peringatan Maulid Nabi, ada beberapa hal yang seharusnya kita lakukan agar
tidak melenceng dari aturan agama.
ü Peringatan Maulid nabi jelas
menimbulkan manfaat yang nyata bagi kita yang memperingatinya
ü Hukum perayaan maulid telah menjadi topik perdebatan para
ulama sejak lama dalam sejarah Islam, yaitu antara kalangan yang memperbolehkan
dan yang melarangnya karena dianggap bid'ah.
2.
Saran
ü
Kita sebagai umat Islam
seharusnya dapat lebih mengetahui riwayat hidup Nabi Muhammad s.a.w. Sehingga
dengan demikian akan menambah kecintaan kita pada beliau.
ü
Kita sebagai umat Islam
yang mengaku cinta kepada Rasulnya (Nabi Muhammad s.a.w) seharusnnya mampu
untuk meneladani akhlaq atau sifat-sifat mulia dan terpuji yang Nabi Muhammad
s.a.w miliki.
ü
Diharapkan perbedaan pandangan tentang hukum merayakan Maulid Nabi
Muhammad s.a.w tidak dijadikan topik untuk saling
menghujat, saling menuduh sesat dan lain sebagainya. Kerena dimasa sekarang ini kita
sedang menjadi sasaran kebuasan binatang pemakan bangkai. Jadi bukanlah waktu
yang tepat bila hanya lantaran maslah ini kita saling bertarung dengan sesama saudara
kita sendiri. Sebaliknya, kita justru harus saling membela, menguatkan,
membantu dan mengisi kekurangan masing-masing. Karena jika kita terjebak untuk
terus bertikai, maka para pemangsa itu akan semakin gembira.
C. Penutup
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan
dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
Syamsuri. 2007. Pendidikan Agama Islam untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar