Sabtu, 25 Februari 2012

Makalah Mulid Nabi Muhammad SAW


                               KATA PENGANTAR


                                      Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Maulid Nabi Muhammad s.a.w tahun 1433 Hijriyah : Rasulullah Suri Teladan Kehidupan Kita”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Agama Islam. 
Alhamdulillah, sekolah kami SMA Negeri 1 Bangkalan mengadakan Peringatan Maulid Nabi untuk mengajak siswa-siswinya mencintai dan memperingati Hari lahir, peristiwa hijrah, dan wafatnya Nabi Muhammad SAW agar kita dapat meneladani perilaku beliau.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan makalah ini terutama kepada Bapak Abdul Ghani,S.Pd selaku guru mata pelajaran Agama Islam yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.
        Akhirnya, penulis sampaikan permohonan maaf apabila dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, karena penulis merasa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu segala saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk memperluas wawasan kita tentang Maulid Nabi Muhammad SAW dan menambah pengetahuan kita dalam bidang ilmu Agama Islam.

                                     Wassalamualaikum Wr. Wb.









           Bangkalan, 25 Februari 2012
    
   
      
        Penulis









                                                                                                       

 Daftar Isi














A.Pokok Bahasan


1. Riwayat Hidup Nabi Muhammad s.a.w

1.1 Kelahiran Nabi Muhammad s.a.w

Nabi Muhammad SAW lahir pada Tahun Gajah, yaitu tahun 570 M , yang merupakan tahun gagalnya Abrahah menyerang Mekkah. Muhammad lahir di kota Mekkah, di bagian Selatan Jazirah Arab, suatu tempat yang ketika itu merupakan daerah paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni, maupun ilmu pengetahuan. Ayahnya, Abdullah, meninggal dalam perjalanan dagang di Madinah, yang ketika itu bernama Yastrib, ketika Muhammad masih dalam kandungan. Ia meninggalkan harta lima ekor unta, sekawanan biri-biri dan seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman yang kemudian mengasuh Nabi.
Pada saat Muhammad berusia enam tahun, ibunya Aminah binti Wahab mengajaknya ke Yatsrib (sekarang Madinah) untuk mengunjungi keluarganya serta mengunjungi makam ayahnya. Namun dalam perjalanan pulang, ibunya jatuh sakit. Setelah beberapa hari, Aminah meninggal dunia di Abwa' yang terletak tidak jauh dari Yatsrib, dan dikuburkan di sana. Setelah ibunya meninggal, Muhammad dijaga oleh kakeknya, 'Abd al-Muththalib. Setelah kakeknya meninggal, ia dijaga oleh pamannya, Abu Thalib. Ketika inilah ia diminta menggembala kambing-kambingnya di sekitar Mekkah dan kerap menemani pamannya dalam urusan dagangnya ke negeri Syam (Suriah,Lebanon, dan Palestina).


1.2  Pernikahan dengan Siti Khadijah

Abu Talib pamannya hidup miskin dan banyak anak. Dari kemenakannya itu ia mengharapkan akan dapat memberikan tambahan rejeki  yang  akan diperoleh dari pemilik-pemilik   kambing  yang  kambingnya digembalakan. Suatu waktu ia mendengar berita, bahwa  Khadijah bint  Khuwailid mengupah orang-orang Quraisy untuk menjalankan perdagangannya. Khadijah adalah seorang wanita pedagang yang kaya dan dihormati, Tatkala Abu Talib mengetahui, bahwa Khadijah sedang menyiapkan perdagangan yang akan dibawa dengan  kafilah  ke  Syam, ia meminta kepada Siti Khadijah supaya mempercayakan barang-barangnya itu kepada Muhammad. Siti Khadijah setuju sekali. Setelah mendapat nasehat paman-pamannya Muhammad pergi  dengan Maisara,  sahaya Siti Khadijah
Dengan kejujuran  dan  kemampuannya ternyata  Muhammad mampu memperdagangkan  barang-barang Khadijah, dengan cara perdagangan yang lebih banyak  menguntungkan  daripada  yang dilakukan orang lain sebelumnya. Setelah tiba waktunya mereka akan kembali,  mereka  membeli segala barang dagangan dari Syam yang kira-kira akan disukai oleh Khadijah. Khadijah sangat terkesan ketika sekembalinya Muhammad membawakan hasil berdagang yang lebih dari biasanya.
Seiring waktu akhirnya timbullah rasa cinta dan saying terhadap Muhammad dalam hati Khadijah. Singkat cerita, akhirnya mereka menikah pada saat Muhammad berusia 25 tahun. Saat itu Khadijah telah berusia mendekati umur 40 tahun, namun ia masih memiliki kecantikan yang menawan.

1.3 Turunnya Wahyu Pertama (Kerasulan)

Di Gua Hira biasanya Muhammad bertahannuts seorang diri. Pada malam 17 Ramadhan tahun 610 M, ketika Muhammad s.a.w sedang bertahannuts, tiba-tiba datanglah seorang yang belum pernah dikenalnya. Kedatangannya amat mengejutkan. Seketika itu juga terdengar suara lantang : “Gembiralah Muhammad. Saya Jibril dan engkau adalah Rasul Allah bagi umat ini” kata malaikat Jibril. Kemudian malaikat Jibril menunjukkan sehelai tulisan, sambil berkata, “Bacalah olehmu Muhammad!” Oleh karena Muhammad menjawab, “Aku tidak bisa membaca,” maka malaikat Jibril pun mendekap Muhammad erat-erat sambil berkata lagi, “Bacalah olehmu Muhammad!”. “Saya tidak dapat membaca” jawab Muhammmad lagi.
Setelah malaikat jibril mendekap lagi, hingga Muhammad hampir tak bisa bernafas, maka Muhammmad pun menjawab, ”Apa yang harus kubaca.” Sambil melepaskan Muhammad dari dekapannya, maka malikat Jibril berkata lagi :
         
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia, apa  yang tidak diketahuinya ”
                                                                                                  (Q.S  Al-‘Alaq/96 : 1-5)

Q.S  Al-‘Alaq/96 : 1-5 inilah yang menjadi wahyu pertama Nabi Muhammad s.a.w. Pada waktu menerima wahyu pertama itu, Nabi Muhammad s.a.w sudah berusia 40 tahun, 6 bulan, 8 hari, menurut perhitungan ‘tahun bulan’ (qamariyah) atau tahun Hijriyah.

1.4 Dakwah yang Dilakukan Nabi Muhammad s.a.w

Selang beberapa waktu dari pengangkatannya menjadi Rasul Allah, maka mulailah Nabi Muhammad s.a.w menjalankan dakwahnya. Awalnya beliau melakukan dakwah secara sembunyi-bunyi selama 3-4 tahun. Namun kemudian dakwah dilakukan secara terang-terangan setelah setelah turunnya wahyu Allah SWT yang memerintah Rasulullah untuk berdakwah secara terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an yang berbunyi: 


Artinya: Maka jalankanlah apa yang diperintahkan kepadamu secara terang-terangan dan berpalinglah dari orang-orang musyrik. (Q.S Al-Hijr/15 : 94)

1.5 Isra’ dan Mi’raj

Pada akhir bulan Rajab, tahun ke-11 setelah beliau diangkat menjadi Rasul, Allah memerintahkan Rasulullah untuk menjalankan Isra’ dan Mi’raj. Isra’ ialah perjalanan waktu malam dari Makkah ke Baitul Makdis di Palestina. Dan Mi’raj adalah terbang ke langit tujuh dan Sidratul Muntaha. Beliau dipanggil Tuhan menghadap ke hadirat-Nya, dan kepadanya disampaikan perintah sembahyang lima waktu. Kedua peristiwa itu terjadi hanya dalam satu malam.

1.6 Hijrah ke Madinah

Rasulullah melihat bahwa perkembangan Islam di Yatsrib semakin baik maka beliau menganjurkan sahabat-sahabatnya agar hijrah ke Yatsrib (Madinah). Maka pergilah kaum Muslimin ke Madinah. Sedangkan Rasulullah, Abu Bakar dan Ali masih tinggal di kota Makkah. Pada saat itulah kaum Quraisy berencana untuk membunuh Rasulullah. Namun atas perlindungan Allah SWT, Nabi Muhammad terhindar dari rencana busuk kaum Quraisy tersebut. Kemudian Rasulullah segera meninggalkan kota Makkah dan hijrah ke Madinah. Beliau samapai di Madinah pada hari Jumat, tanggal 24 September 622 Masehi, atau 12 hari bulan Rabi’ul Awwal. Pada saat itu Rasulullah berusia 53 tahun.

1.7 Wafatnya Nabi Muhammad s.a.w

Rasulullah menginjak usia 63 tahun. Pada suatu malam, tepatnya hari Selasa awal bulan Rabi’ul Awwal setelah pulang berziarah dari makam Baqie’ Rasulullah merasakan kepalanya pening sekali. Memang keadaan Rasulullah mengkawatirkan orang-orang disekitarnya. Panas badannya terus saja naik. Hingga pada hari Minggu Rasulullah pingsan. Lalu istri-istrinya membuatkan beliau obat dari bermacam-macam tumbuhan. Setelah sadar dan mendengar bahwa ia telah meminum obat itu, Rasulullah menyesal. Karena Asmah, anak Umais yang menyuruh membuat obat itu telah belajar membuat obat di tanah Habsyi. Dan di tanah Habsyi obat itu biasanya diberikan kepada orang yang kemasukan setan.
Beberapa hari kemudian Rasulullah tampak sehat kembali. Beliau ikut sembahyang subuh dan telah bercakap-cakap dengan para sahabat. Aakn tetapi  sekembalinya dari masjid Nabi Muhammad s.a.w meletakkan kepalanya di pangkuan Siti Aisyah dan ketika sedang mengucapkan kata terakhir, beliau menghembuskan napas penghabisan. Rasulullah wafat.
Hari wafatnya Rasulullah adalah hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun ke-11 Hijriyah, atau tanggal 8 Juni 632 Masehi



2. (Akhlaq) Rasulullah Suri Teladan Kehidupan Kita

Akhlaq adalah sikap batin yang diwujudkan dalam perbuatan anggota badan manusia yang dari itu kesempurnaan keimanan dapat disaksikan dan dirasakan oleh sesama makhluk. Lalu bagaimana dengan akhlaq Nabi Muhammad s.a.w.
Muhammad adalah nama Nabi Agung yang telah menyelamatkan dan menyempurnakan agama-agama yang pernah disampaikan para Nabi sebelumnya dalam satu Agama yang dikemas dengan nama Islam, untuk dijadikan satu-satunya agama yang diterima dan diridhoi Allah swt. Muhammad artinya orang yang dipuji. Nama ini benar-benar telah menjadi nyata dan terukir dalam sejarah. Dan Allah swt mengakui dan mengumumkan kepada dunia dengan firman-Nya:

Dan sesungguhnya engkau benar-benar memiliki Akhlaq yang agung (Al-Qalam, 68:5) 

Nabi Muhammad selalu berbuat baik kapan saja dan pada siapa saja. Beliau juga selalu berbuat baik pada orang yang telah berbuat baik padanya. Selain itu nabi Muhammad s.a.w juga berbuat baik pada orang yang pernah menyakitinya. Keindahan dan kemuliaan Akhlaq Muhammad Rasulullah saw ini tidak hanya disaksikan Allah swt Yang Maha-Tahu dan Maha-Melihat saja, tetapi setiap orang yang pernah melihat dan bergaul dengan beliau pasti mengakui dan terpikat oleh Akhlaq beliau. Di antara orang paling dekat yang telah banyak menyaksikan dan merasakan Akhlaq beliau adalah Sayyidah Aisyah ra, istri beliau sendiri yang dalam salah satu sabdanya menyatakan:

“Akhlaqnya adalah Al-Quran”
Dan Tujuan Allah swt mengutus beliau saw kepada umat manusia semuanya agar mereka menjadikan teladan dan ikutan sehingga mereka mendapatkan berkahnya dan menjadi Muhammad-muhammad kecil yang bertebaran dimuka bumi ini, Allah swt berfirman:
Sesungguhnya kamu dapati dalam diri Rasulullah suri teladan yang baik bagi orang yang mengharapkan pertemuan dengan Allah dan Hari Akhir serta yang banyak mengingat Allah (Al-Akhzab, 33:22)
Lalu apa sajakah yang dapat kita teladani dari akhlaq Rasulullah ?

2.1  Nabi Muhammad s.a.w sebagai Ayah

               Ketika kita berbicara kasih sayang dan kelembutan Muhammad saw. terhadap anak-anak, maka tidak akan pernah kita temukan bandingan dan permisalan seperti beliau saw. Banyak peristiwa dalam sirah Nabi yang mempesona berkaitan dengan kasih sayang beliau terhadap anak-anak. Baik beliau sebagai Ayah, Kakek atau Pendidik bagi semua anak-anak. Termasuk kasih sayang beliau terhadap anak-anak non muslim. ”Muhammad sangat mencintai cucu-cucunya.
Diriwayatkan oleh Jabir, berkata, ”Saya menemui Nabi saw, ketika beliau berjalan merangkak sedangkan di atasnya Hasan dan Husain ra sedang bercanda. Beliau bersabda, ”Seganteng-ganteng orang adalah kalian berdua, dan seadil-adil orang adalah kalian berdua.” 
Dari Usamah bin Zaid ra, Rasulullah saw mengambil saya dan mendudukkan saya di pahanya sedangkan di paha satunya duduk Hasan ra, kemudian beliau merangkulkan keduanya seraya berdo’a, ”Ya Allah sayangi keduanya, karena saya menyayangi keduanya.”
Adalah Anas Bin Malik memberi kesaksian, ”Saya telah sepuluh tahun menjadi pelayan Rasul, selama itu beliau tidak pernah berkata uf atau hus ata ah kepada saya.” Muhammad saw. sangat menganjurkan agar memberi nama anak dengan sebaik-baik nama, begitu juga beliau sangat tidak setuju dan melarang pemberian nama yang buruk. Kenapa? Karena nama itu jangan sampai mempengaruhi mentalitas anak ketika mereka menginjak dewasa.
Nabi Muhammad saw. juga sangat memperhatikan penampilan anak-anak. Diriwayatkan dari Nafi’ bin Umar, bahwa Nabi saw. melihat anak kecil rambutnya dipotong separuh dan separuh lagi dibiarkan, maka beliau melarang hal yang demikian, seraya bersabda, ”Cukur semuanya atau tidak sama sekali.”

2.2 Nabi Muhammad s.a.w sebagai suami

Rasulullah adalah seorang suami yang pandai dalam mengatur urusan rumah tangga yang di dalamnya terdapat beberapa istri yang mempunyai karakter, latar belakang, dan usia yang berbeda-beda. Beliau selalu :

Bersikap Adil
Beliau adil terhadap istri-istrinya dalam pemberian tempat tinggal, nafkah, pembagian bermalam, dan jadwal berkunjung. Beliau ketika bertandang ke salah satu rumah istrinya, setelah itu beliau berkunjung ke rumah istri-istri beliau yang lain.
Bermusyawarah Dengan Para Istrinya
Rasulullah saw mengajak istri-istrinya bermusyawarah dalam banyak urusan. Beliau sangat menghargai pendapat-pendapat mereka.

Lapang Dada dan Penyayang
Istri-istri Rasulullah saw memberi masukan tentang suatu hal kepada Nabi, beliau menerima dan memberlakukan mereka dengan lembut. Beliau tidak pernah memukul salah seorang dari mereka sekali pun.

Cara Nabi Meluruskan Keluarganya
Rasulullah saw tidak pernah menggap sepele kesalahan yang diperbuat oleh salah satu dari istri. Beliau pasti meluruskan dengan cara yang baik. Rasulullah saw. menjadi pendengar yang baik. Beliau memberi kesempatan kepada istri-istrinya kebebasan untuk berbicara. Namun beliau tidak toleransi terhadap kesalahan sekecil apa pun.

Pelayan Bagi Keluarganya
Rasulullah saw tidak pernah meninggalkan khidmah atau pelayanan ketika di dalam rumah. Beliau selalu bermurah hati menolong istri-istrinya jika kondisi menuntut itu. Contohnya : Rasulullah saw mencuci pakaian, membersihkan sendal dan pekerjaan lainnya yang dibutuhkan oleh anggota keluarganya.

Selalu meluangkan waktu untuk bercanda-Ria
Rasulullah saw tidak tidak lupa bermain, bercanda-ria dengan istri-istri beliau, meskipun tanggungjawab dan beban berat di pundaknya. Karena rehat, canda akan menyegarkan suasan hati, menggembirakan jiwa, dan memperbaharui semangat.

2.3 Nabi Muhammad s.a.w sebagai Pendidik

Percaya Diri & Mandiri
           Sirah Nabi telah mengajarkan kepada kita prinsip-prinsip pendidikan, yaitu pentingnya anak-anak memiliki percaya diri, mandiri dan mampu mengemban tanggungjawab di usia dini. Nabi Muhammad saw. menjadikan Zaid bin Haritsah sebagai pemimpin pasukan kaum muslimin, meskipun usianya masih muda belia. Ketika itu umurnya baru enam belas tahun (16), padahal ada orang yang lebih tua dan lebih tinggi kedudukannya, seperti Abu bakar, Umar radhiyallahu anhum. Kenapa Muhammad melakukan hal demikian? Adalah karena beliau ingin mengajarkan kepada Zaid rasa percaya diri, dan agar menghilangkan anggapan sebagian orang bahwa Zaid tidak mampu, sekaligus sebagai pembelajaran bagi generasi masanya untuk peduli dengan problematika umat dan berkontribusi menyelesaikannya.

Sikap dan Perilaku
          Muhammad saw. mengajarkan dasar-dasar ajaran agama yang lurus kepada anak-anak sejak dini. Beliau mendorong mereka untuk mempelajari etika umum dan perilaku lurus. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Umar bin Abi Salamah, ia berkata:     
         ”Ketika saya masih kecil di asuhan Rasulullah, saya hendak meraih makanan di nampan, maka Rasulullah saw. bersabda, ”Wahai anak kecil, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kanan, dan makanlah apa yang terdekat dari kamu.”
          Ketika Husain ra, cucu Nabi hendak makan kurma dari hasil sedekah, maka Rasulullah saw. bersabda, ”Jangan, jangan. Bukankah kamu tahu, bahwa tidak halal bagi kita -keluarga Nabi- sedekah seseorang?!.”

2.4 Nabi Muhammad s.a.w sebagai  Pedagang

Ada beberapa keistimewaan dari praktek perdagangan yang beliau lakukan sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Diantaranya:
1. Muhammad tidak memulai bisnis dengan modal dana. Bahkan pada saat itu beliau sangat   
    miskin.
2. Beliau tidak memulai bisnis dengan memanfaatkan KKN.
3. Beliau tidak memiliki ilmu manajemen yang rumit bahkan beliau saat itu belum bisa
    membaca dan menulis.
           Lalu bagaimana bisa hanya dengan modal sedemikian minimalnya menurut kaca mata orang awam itu beliau berhasil menjadi pedagang yang besar yang sukses bahkan mampu meluaskan usahanya ke seluruh negeri? Ada beberapa tahapan dan kunci utama:
1. Beliau dikenal sebagai Al ‘Amin, orang yang sangat bisa dipercaya. Beliau menggunakan
    kepercayaan itu dengan bijaksana, tak pernah menyalahgunakannya.
2. Beliau tidak memiliki hambatan mental (mental blocking) dalam melaksanakan 
    usahanya. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kepercayaan orang-orang terhadap beliau.
3. Beliau memulai bisnis dengan menguasai pasar terlebih dahulu. Dengan cara ikut 
    pamannya berdagang, beliau mengetahui di mana membeli barang yang murah dan di
    mana menjual barang dengan harga yang lebih baik.
4. Setelah menguasai pasar, di Madinah beliau kemudian beralih ke sektor industry  
    pertanian, namun masih tetap melaksanakan kegiatan pemasaran produk dari kaum non
    muslim di sana. Sehingga bisnis kaum Quraisy saat itu masih dibiarkan berkembang.
5. Dengan bertambahnya tenaga kerja, beliau lalu mulai menyusun tata kerja organisasi
    “perusahaanya”.
6. Akhirnya para penerusnya (di bidang bisnis) mengembangkan usaha ke seluruh pelosok
   penjuru.


2. 5 Nabi Muhammad s.a.w sebagai Panglima Perang
Sejarah telah mencatat kejeniusan dan kehebatan Rasulullah sebagai panglima di bidang militer dan strategi perang, yang tak tertandingi oleh Panglima perang manapun, siapapun dan dalam perang apapun, serta pada waktu kapanpun, baik pada masa lalu, sekarang maupun yang akan datang. Dan fakta-fakta menunjukkan bahwa Rasulullah Sang Panglima telah mempelopori dan menerapkan seluruh “Principles Of War” yang hari ini menjadi rujukan setiap Panglima perang dan tentaranya.
Dari peperangan yang banyak itu, yang paling terkenal hingga sekarang adalah Perang Badar, yakni peperangan antara 300 tentara pimpinan Muhammad melawan 700 tentara kafir Mekah (H.G. Wells, The Outline of History, 1949). Kemenangan yang diraih dalam Perang Badar ini--sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an--tidak terlepas dari bantuan dari 3.000 malaikat yang secara khusus diturunkan oleh Allah dari langit untuk membantu tentara pimpinan Muhammad.



3. Maulid Nabi Muhammad s.a.w


3.1  Pengertian Maulid Nabi Muhammad saw

Ada kekeliruan umum dalam penyebutan  kelahiran Nabi Muhammad saw, yaitu ‘maulud’. Peringatan tentang kelahiran Nabi Muhammad saw yang bertolak dari kesalahan penyebutan ini berlanjut kepada penamaan peringatan itu, yaitu ‘Peringatan Maulud Nabi saw’ atau disingkat ‘mauludan’, atau ‘muludan’. Secara leksikal, kata ‘maulud’ berarti ‘yang dilahirkan’. Sementara itu yang dimaksud dengan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad saw, bukan ‘yang dilahirkan’, melainkan menyangkut berbagai hal tentang kelahiran beliau, seperti: hari kelahirannya itu sendiri, sejarahnya, perilakunya semasa hidup, kematiannya, hingga pengaruhnya dalam masyarakat dunia dari generasi ke generasi.
Kata yang tepat untuk tujuan itu adalah ‘maulid’ dan lengkapnya ‘Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw’. Kata ‘maulid’ terambil dari perpindahan kata ‘walada, yu>ladu, maulidan’, yang arti kata ‘maulidan’ adalah kelahiran.
Maulid Nabi Muhammad saw’ berarti kelahiran Nabi Muhammad saw. Secara praktis bukan hanya memperingati ‘hari’ kelahiran Nabi Muhammad saw, melainkan juga berbagai hal yang berkenaan dengan eksistensi Nabi Muhammad saw sejak dari peristiwa-peristiwa berkenaan dengan sebelum maupun saat-saat kelahirannya hingga pengaruhnya dalam peradaban dunia setelah beliau wafat. Pribadi Nabi Muhammad saw adalah orang yang paling berpengaruh di dunia hingga sekarang (Hart, 1988 : 1),

3.2  Sejarah Maulid Nabi Muhammad saw.

Perayaan Maulid Nabi tidak pernah diselengarakan pada masa pemerintahan nabi ataupun masa pemerintahan khulafaurrasyidin. Dari beberapa literatur yang telah didapatkan, perayaan Maulid Nabi diadakan 400 tahun setelah Rasulullah Muhammad SAW wafat.
Kota Yerusalem merupakan pusat ilmu pengetahuan dunia di kala itu. Di sana, kaum muslimin menemukan ilmu pengetahuan yang bersumber dari Al-Qur’an. Pada masa itu, dunia Islam sedang mendapat serangan-serangan gelombang demi gelombang dari berbagai bangsa Eropa (Prancis, Jerman, Inggris). Inilah yang dikenal dengan Perang Salib atau The Crusade. Pada tahun 1099 laskar Eropa merebut Yerusalem dan mengubah Masjid al-Aqsa menjadi gereja. Umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan (jihad) dan persaudaraan (ukhuwah), sebab secara politis terpecah-belah dalam banyak kerajaan dan kesultanan, meskipun khalifah tetap satu, yaitu Bani Abbas di Bagdad, sebagai lambang persatuan spiritual.
Dengan kekalahan tersebut buku-buku yang berisis tentang ilmu pengetahuan dibawa oleh pelaja-pelajar Eropa. Sedangkan, buku yang berisis tentang agama dibuang di laut merah. Runtuhnya Yerussalem membuat kepercayaan umat islam terhadap agamanya yang dianggap sebagai agama tertinggi semakin memudar. Para pemuka disibukkan oleh keinginan mengembalikan kekuasaan. Mereka yang kuat menguasai yang lemah dan yang lemah menjadi makanan yang kuat.
Pada saat itu merupakan masa pemerintahan Sultan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi (memerintah tahun 1174-1193 Masehi atau 570-590 Hijriah) dari Dinasti Bani Ayyub. Meskipun Salahuddin bukan orang Arab melainkan berasal dari suku Kurdi, pusat kesultanannya berada di Qahirah (Kairo), Mesir, dan daerah kekuasaannya membentang dari Mesir sampai Suriah dan Semenanjung Arabia.
Menurut Salahuddin, akibat kekalahan umat islam pada perang salib, semangat juang umat Islam yang luntur harus dihidupkan kembali dengan cara mempertebal kecintaan umat islam kepada nabi mereka Rasulullah Muhammad SAW. Dia mengimbau umat Islam di seluruh dunia agar hari lahir Nabi Muhammad saw., 12 Rabiul Awal, yang setiap tahun berlalu begitu saja tanpa diperingati, kini dirayakan secara massal. Sebenarnya hal itu bukan gagasan murni Salahuddin, melainkan usul dari iparnya, Muzaffaruddin Gekburi, yang menjadi atabeg (semacam bupati) di Irbil, Suriah Utara. Untuk mengimbangi maraknya peringatan Natal oleh umat Nasrani, Muzaffaruddin di istananya sering menyelenggarakan peringatan maulid nabi, cuma perayaannya bersifat lokal dan tidak setiap tahun. Adapun Salahuddin ingin agar perayaan maulid nabi menjadi tradisi bagi umat Islam di seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan semangat juang, bukan sekadar perayaan ulang tahun biasa.
Pada mulanya gagasan Salahuddin ditentang oleh para ulama, sebab sejak zaman Nabi peringatan seperti itu tidak pernah ada. Lagi pula hari raya resmi menurut ajaran agama cuma ada dua, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Akan tetapi Salahuddin menegaskan bahwa perayaan maulid nabi hanyalah kegiatan yang menyemarakkan syiar agama, bukan perayaan yang bersifat ritual, sehingga tidak dapat dikategorikan bid`ah yang terlarang. Ketika Salahuddin meminta persetujuan dari Khalifah An-Nashir di Bagdad, ternyata khalifah setuju. Maka pada ibadah haji bulan Zulhijjah 579 Hijriyah (1183 Masehi), Sultan Salahuddin al-Ayyubi sebagai penguasa Haramain (dua tanah suci Mekah dan Madinah) mengeluarkan instruksi kepada seluruh jemaah haji, agar jika kembali ke kampung halaman masing-masing segera menyosialkan kepada masyarakat Islam di mana saja berada, bahwa mulai tahun 580 Hijriah (1184 Masehi) tanggal 12 Rabiul-Awwal dirayakan sebagai hari maulid nabi dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan semangat umat Islam.
Salah satu kegiatan yang diadakan oleh Sultan Salahuddin pada peringatan maulid nabi yang pertama kali tahun 1184 (580 Hijriah) adalah menyelenggarakan sayembara penulisan riwayat Nabi beserta puji-pujian bagi Nabi dengan bahasa yang seindah mungkin. Seluruh ulama dan sastrawan diundang untuk mengikuti kompetisi tersebut. Akhirnya, diperoleh seorang pemenang yang menjadi juara pertama, dia adalah Syaikh Ja`far al-Barzanji. Karyanya yang dikenal sebagai Kitab Barzanji sampai sekarang sering dibaca masyarakat di kampung-kampung pada peringatan maulid nabi (yang biasa kita dengarkan yaitu Sarafal Anam).
Ternyata peringatan maulid nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi Perang Salib bergelora kembali. Salahuddin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583 Hijriah) Yerusalem direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa, dan Masjid al-Aqsa menjadi masjid kembali sampai hari ini.

3.3 Cara Merayakan Maulid Nabi Muhammad s.a.w

Untuk menjaga agar perayaan maulid Nabi tidak melenceng dari aturan agama yang benar, sebaiknya perlu diikuti hal-hal berikut:

1. Mengisi dengan bacaan-bacaan shalawat kepada Rasulullah SAW.
Allah SWT berfirman:


"Sesunggu hnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang
yangberiman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya". ( QS.Al-Ahzab:56.)

2. Berdzikir dan meningkatkan ibadah kepada Allah.
Syekh Husnayn Makhluf berkata: "Perayaan maulid harus dilakukan dengan berdzikir
kepada Allah SWT, mensyukuri kenikmatan Allah SWT atas kelahiran Rasulullah SAW, dan
dilakukan dengan cara yang sopan, khusyu' serta jauh dari hal-hal yang diharamkan dan
bid'ah yang munkar".
3. Membaca sejarah Rasulullah s.a.w. dan menceritakan kebaikan-kebaikan dan keutamaan-keutamaan beliau.
4. Memberi sedekah kepada yang membutuhkan atau fakir miskin.
5. Meningkatkan silaturrahmi.
6. Menunjukkan rasa gembira dan bahagia dengan merasakan senantiasa kehadiran Rasulullah
s.a.w. ditengah-tengah kita.
7. Mengadakan pengajian atau majlis ta'lim yang berisi anjuran untuk kebaikan dan mensuri tauladani Rasulullah s.a.w.

3.4 Manfaat Memperingati Maulid Nabi Muhammad s.a.w

Adapun memperingati Maulid Nabi Muhammad s.a.w adalah jelas-jelas menimbulkan manfaat yang nyata, bukan manfaat semu seperti halnya orang-orang yang berkumpul bersama di suatu tempat untuk berkampanye politik maupun berdemo ria dengan alasan-alasan tertentu yang dihubung-hubungkan dengan agama islam. Manfa’at memperingati Maulid Nabi Muhammad s.a.w diantaranya adalah:

1.      Memperingati maulid Nabi Muhammad SAW merupakan tempat atau sarana untuk
silaturrahim sesama muslim, serta memperbanyak membaca shalawat.
Imam Ja’far Shadiq mengatakan: “Saling berziarahlah kalian satu sama lainnya! Sesungguhnya dalam ziarah kalian dengan sesama akan menghidupkan hati kalian, dan mengingatkan hadist-hadist kami. Hadist-hadist kami membuat kalian lebih dekat dan lebih sayang satu sama lainnya”.(al-Kafi, jilid 2, hal 186).

2.      Dengan acara memperingati maulid Nabi saw bisa menambah syiar islam dan mendapat pahala yang besar.
      Karena dalam peringatan maulid Nabi tidak lepas dari membaca shalawat dan itu sangat diajarkan oleh agama islam, yang secara tegas diwajibkan oleh Allah. Lihat surah Al Ahzab yang menyatakan bahwa Sesungguhnya Allah dan para malaikat bershalawat kepada rasul.

3. Acara memperingati maulid Nabi SAW bisa dijadikan moment untuk mencari ilmu (yang diwajibkan islam) tentang rasul dan ajarannya.
Karena disana diisi pengajian-pengajian tentang ajaran islam, tentang sunnah-sunnah Rasulullah, kisah-kisah teladan Rasulullah SAW bersama para sahabat dan para orang yang memusuhinya, juga kisah-kisah bagaimana hidup secara islami menurut ajaran Rasul SAW, bukan sekedar bualan-bualan atau janji-janji manis yang tak karu- karuan.

3.      Acara memperingati maulid Nabi SAW merupakan wadah atau sarana untuk mengkaji,
mencintai dan meneladani beliau SAW.
Pepatah mengatakan: “tak kenal maka tak sayang”. Sangat mungkin seorang muslim tidak banyak tahu tentang sejarah kehidupan Nabinya, lantas bagaimana mungkin ia akan meneladani nabinya, jika ia sendiri tidak mengenalnya. Untuk menyayangi sosok pribadi yang agung perlu pengenalan lebih jauh, karena dengan banyak mengenal pribadi beliau kecintaan kita akan lebih bermakna. Dengan memperingati maulid Nabi SAW, kaum muslimin akan menjadikan beliau sebagai teladan dalam hidupnya, dan tidak perlu meneladani orang-orang yang tidak layak untuk diteladani.
Dengan diadakannya perayaan Maulid Nabi kita sebagai umat islam akan mempunyai niat untuk lebih bisa mengekspresikan cinta kita kepada Rasulullah SAW dengan cara yang positif dan inovatif.Kita bisa mengungkap sejarah perjuangan Rasulullah Muhammad SAW sebagai rasul kita, sehingga kita dapat kembali meneladani prilaku Rasulullah SAW dalam seluruh aspek hidup dan kehidupan kita.



4. Perbedaan Mengenai Hukum perayaan Maulid Nabi

Hukum perayaan maulid telah menjadi topik perdebatan para ulama sejak lama dalam sejarah Islam, yaitu antara kalangan yang memperbolehkan dan yang melarangnya karena dianggap bid'ah. Hingga saat ini pun masalah hukum maulid, masih menjadi topik hangat yang diperdebatkan kalangan muslim. Yang ironis, di beberapa lapisan masyarakat muslim saat ini permasalahan peringatan maulid sering dijadikan tema untuk berbeda pendapat yang kurang sehat, dijadikan topik untuk saling menghujat, saling menuduh sesat dan lain sebagainya. Bahkan yang tragis, masalah peringatan maulid nabi ini juga menimbulkan kekerasan sektarianisme antar pemeluk Islam di beberapa tempat. Seperti yang terjadi di salah satu kota Pakistan tahun 2006 lalu, peringatan maulid berakhir dengan banjir darah karena dipasang bom oleh kalangan yang tidak menyukai maulid.
 Untuk lebih jelas mengenai duduk persoalan hukum maulid ini, ada baiknya kita telaah sejarah pemikiran Islam tentang peringatan maulid ini dari pendapat para ulama terdahulu.

Pendapat Ibnu Taymiyah
Ibnu Taymiyah dalam kitab Iqtidla'-us-Syirat al-Mustqim (2/83-85) mengatakan:
"Rasululullah s.a.w. telah melakukan kejadian-kejadian penting dalam sejarah beliau, seperti khutbah-khutbah dan perjanjian-perjanjian beliau pada hari Badar, Hunain, Khandaq, pembukaan Makkah, Hijrah, Masuk Madinah. Tidak seharusnya hari-hari itu dijadikan hari raya, karena yang melakukan seperti itu adalah umat Nasrani atau Yahudi yang menjadikan semua kejadian Isa hari raya. Hari raya merupakan bagian dari syariat, apa yang disyariatkan itulah yang diikuti, kalau tidak maka telah membuat sesuatu yang baru dalam agama. Maka apa yang dilakukan orang memperingati maulid, antara mengikuti tradisi Nasrani yang memperingati kelahiran Isa, atau karena cinta Rasulullah. Allah mungkin akan memberi pahala atas kecintaan dan ijtihad itu, tapi tidak atas bid'ah dengan menjadikan maulid nabi sebagai hari raya. Orang-orang salaf tidak melakukan itu padahal mereka lebih mencintai rasul".
Namun dalam bagian lain di kitab tersebut, Ibnu Taymiyah menambahkan:
"Merayakan maulid dan menjadikannya sebagai kegiatan rutin dalam setahun yang telah dilakukan oleh orang-orang, akan mendapatkan pahala yang besar sebab tujuannya baik dan mengagungkan Rasulullah SAW. Seperti yang telah saya jelaskan, terkadang sesuatu itu baik bagi satu kalangan orang, padahal itu dianggap kurang baik oleh kalangan mu'min yang ketat. “

Pendapat Abu Shamah (guru Imam Nawawi)
"Termasuk yang hal baru yang baik dilakukan pada zaman ini adalah apa yang dilakukan tiap tahun bertepatan pada hari kelahiran Rasulullah s.a.w. dengan memberikan sedekah dan kebaikan, menunjukkan rasa gembira dan bahagia, sesungguhnya itu semua berikut menyantuni fakir miskin adalah tanda kecintaan kepada Rasulullah dan penghormatan kepada beliau, begitu juga merupakan bentuk syukur kepada Allah atas diutusnya Rasulullah s.a.w. kepada seluruh alam semesta".

Ibnu Hajar al-Asqolani 
Dalam kitab Fatawa Kubro menjelaskan: "Asal  melakukan maulid adalah bid'ah, tidak diriwayatkan dari ulama salaf dalam tiga abad pertama, akan tetapi didalamnya terkandung kebaikan-kebaikan dan juga kesalahan-kesalahan. Barangsiapa melakukan kebaikan di dalamnya dan menjauhi kesalahan-kesalahan, maka ia telah melakukan bid'ah yang baik (bid'ah hasanah). Saya telah melihat landasan yang kuat dalam hadist sahih Bukhari dan Muslim bahwa Rasulullah s.a.w. datang ke Madinah, beliau menemukan orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura, maka beliau bertanya kepada mereka, dan mereka menjawab:"Itu hari dimana Allah menenggelamkan Firaun, menyelamatkan Musa, kami berpuasa untuk mensyukuri itu semua. Dari situ dapat diambil kesimpulan bahwa boleh melakukan syukur pada hari tertentu di situ terjadi nikmat yang besar atau terjadi penyelamatan dari mara bahaya, dan dilakukan itu tiap bertepatan pada hari itu. Syukur bisa dilakukan dengan berbagai macam ibadah, seperti sujud, puasa, sedekah, membaca al-Qur'an dll. Apa nikmat paling besar selain kehadiran Rasulullah s.a.w. di muka bumi ini. Maka sebaiknya merayakan maulid dengan melakukan syukur berupa membaca Qur'an, memberi makan fakir miskin, menceritakan keutamaan dan kebaikan Rauslullah yang bisa menggerakkan hati untuk berbuat baik dan amal sholih. Adapun yang dilakukan dengan mendengarkan musik dan memainkan alat musik, maka hukumnya dikembalikan kepada hukum pekerjaan itu, kalau itu mubah maka hukumnya mubah, kalau itu haram maka hukumnya haram dan kalau itu kurang baik maka begitu seterusnya".

Pendapat Imam Sayuti 
Beliau berkata: "Menurut saya asal perayaan maulid Nabi SAW, yaitu manusia berkumpul, membaca al-Qur'an dan kisah-kisah teladan Nabi SAW sejak kelahirannya sampai perjalanan hidupnya. Kemudian dihidangkan makanan yang dinikmati bersama, setelah itu mereka pulang. Hanya itu yang dilakukan, tidak lebih. Semua itu tergolong bid'ah hasanah. Orang yang melakukannya diberi pahala karena mengagungkan derajat Nabi SAW, menampakkan suka cita dan kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhamad SAW yang mulia".

Pendapat Syeh Azhar Husnain Muhammad Makhluf 
Beliau mengatakan:"Menghidupkan malam maulid nabi dan malam-malam bulan Rabiul Awal ini adalah dengan memperbanyak dzikir kepada Allah, memperbanyak syukur dengan nikmat-nikmat yang diturunkan termasuk nikmat dilahirkannya Rasulullah s.a.w. di alam dunia ini. Memperingatinya sebaiknya dengan cara yang santun dan khusu' dan menjauhi hal-hal yang dilarang agama seperti amalan-amalan bid'ah dan kemungkaran. Dan termasuk cara bersyukur adalah menyantuni orang-orang susah, menjalin silaturrahmi. Cara itu meskipun tidak dilakukan pada zaman Rasulullah s.a.w. dan tidak juga pada masa salaf terdahulu namun baik untuk dilakukan termasuk sunnah hasanah".

Pendapat Ibnu Hajar al-Haithami 
“Bid'ah yang baik itu sunnah dilakukan, begitu juga memperingati hari maulid Rasulullah.”
Pendapat Al-Hafidz al-Iraqi 
Dalam kitab Syarh Mawahib Ladunniyah mengatakan: "Melakukan perayaan, memberi makan orang disunnahkan tiap waktu, apalagi kalau itu disertai dengan rasa gembira dan senang dengan kahadiran Rasulullah s.a.w. pada hari dan bulan itu. Tidaklah sesuatu yang bid'ah selalu makruh dan dilarang, banyak sekali bid'ah yang disunnahkan dan bahkan diwajibkan."

Pendapat Seorang ulama Turkmenistan Mubasshir al-Thirazi 
Beliau mengatakan:"Mengadakan perayaan maulid nabi Muhammad s.a.w. saat ini bisa jadi merupakan kewajiban yang harus kita laksanakan, untuk mengkonter perayaan-perayaan kotor yang sekarang ini sangat banyak kita temukan di masyarakat."
Sebagai bagian dari umat Islam, barangkali kita ada di salah satu pihak dari dua pendapat yang berbeda. Kalau pun kita mendukung salah satunya, tentu saja bukan pada tempatnya untuk menjadikan perbedaan pandangan ini sebagai bahan baku saling menjelekkan, saling tuding, saling caci dan saling menghujat.
Perbedaan pandangan tentang hukum merayakan Maulid Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, suka atau tidak suka, memang telah kita warisi dari zaman dulu. Para pendahulu kita sudah berbeda pendapat sejak masa yang panjang. Sehingga bukan masanya lagi buat kita untuk meninggalkan banyak kewajiban hanya lantaran masih saja meributkan peninggalan perbedaan pendapat di masa lalu.
Sementara di masa sekarang ini, sebagai umat Islam, kita justru sedang berada di depat mulut harimau sekaligus buaya. Kita sedang menjadi sasaran kebuasan binatang pemakan bangkai. Bukanlah waktu yang tepat bila kita saling bertarung dengan sesamasaudara kitasendiri, hanya lantaran masalah ini.
Sebaliknya, kita justru harus saling membela, menguatkan, membantu dan mengisi kekurangan masing-masing. Perbedaan pandangan sudah pasti ada dan tidak akan pernah ada habisnya. Kalau kita terjebak untuk terus bertikai, maka para pemangsa itu akan semakin gembira.

B. Simpulan dan Saran


1.     Simpulan
ü  Nabi Muhammad s.a.w dilahirkan tanggal 12 Rabiul Awwal pada Tahun Gajah, yaitu tahun 570 M. Kemudian beliau menikah dengan Siti Khadijah pada umur 25 tahun. Dan pada umurnya yang ke 40 beliau diangkat menjadi Rasul Allah. Banyak kejadian yang dialami Rasulullah setelah pengangkatannya menjadi rasul, salah satunya peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Dan pada umur 63 tahun, beliau wafat.
ü  Nabi Muhammad s.a.w memiliki akhlaq yang sangat mulia. Ia seorang kepala keluarga, pedagang, pendidik dan panglima perang yang sangat baik.
ü  Maulid Nabi Muhammad s.a.w adalah peringatan Hari Lahir nabi Muhammad s.a.w. Peringatan maulid Nabi pertama mulai tahun 580 Hijriah (1184 Masehi) tanggal 12 Rabiul-Awwal. Hal ini brtujuan untuk membangkitkan semangat umat Islam yang kalah pada Perang Salib. Dan peringatan ini membuahkan hasil yang positif
ü  Dalam peringatan Maulid Nabi, ada beberapa hal yang seharusnya kita lakukan agar tidak melenceng dari aturan agama.
ü  Peringatan Maulid nabi jelas menimbulkan manfaat yang nyata bagi kita yang memperingatinya
ü  Hukum perayaan maulid telah menjadi topik perdebatan para ulama sejak lama dalam sejarah Islam, yaitu antara kalangan yang memperbolehkan dan yang melarangnya karena dianggap bid'ah.


2.     Saran
ü  Kita sebagai umat Islam seharusnya dapat lebih mengetahui riwayat hidup Nabi Muhammad s.a.w. Sehingga dengan demikian akan menambah kecintaan kita pada beliau.
ü  Kita sebagai umat Islam yang mengaku cinta kepada Rasulnya (Nabi Muhammad s.a.w) seharusnnya mampu untuk meneladani akhlaq atau sifat-sifat mulia dan terpuji yang Nabi Muhammad s.a.w miliki.
ü  Diharapkan perbedaan pandangan tentang hukum merayakan Maulid Nabi Muhammad s.a.w tidak dijadikan topik untuk saling menghujat, saling menuduh sesat dan lain sebagainya. Kerena dimasa sekarang ini kita sedang menjadi sasaran kebuasan binatang pemakan bangkai. Jadi bukanlah waktu yang tepat bila hanya lantaran maslah ini kita saling bertarung dengan sesama saudara kita sendiri. Sebaliknya, kita justru harus saling membela, menguatkan, membantu dan mengisi kekurangan masing-masing. Karena jika kita terjebak untuk terus bertikai, maka para pemangsa itu akan semakin gembira.


                                    C. Penutup


Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.


                                                          Daftar Pustaka

Djojopuspito,Suwarsih. Riwayat Hidup Nabi Muhammad s.a.w. Jakarta : Pustaka JayaMibtadin dkk. Buku Ajar Acuan Pengayaan Pendidikan Agama islam. Solo : CV. Sindunata
Syamsuri. 2007. Pendidikan Agama Islam untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga































































Tidak ada komentar:

Posting Komentar